March 27, 2008

Migrasi

Dan…
Akhirnya jadi juga aku pindah kamar, setelah tertunda beberapa kali akhirnya saat ini kesampaian juga. Dari pertama kali aku di Yogya tahun 2004, aku “bersemedi” di kamar lantai 1 yang deket banget ma tangga and deket pula ma jalan gang.

Emang awalnya aku merasa enak banget karena kamarku itu telah built in dengan kamar mandi (emang Cuma mobil aja yang bisa built in). Sebenarnya enak banget tuh, mau
ngapain aja di kamar mandi juga g’ masalah, mau mandi kapan aja g’ masalah, mau mandi lama-lama juga gapapa hehehe…. (* mode pikiran jangan ngeres ON).

Dari pada diteriakin temen-temen yang pada ngantri mau mandi (hampir mirip antri sembako juga) lebih baik kan aku milih kamar yang kamar mandinya di dalam. Ini juga tidak lepas dari perjuangan kakakku juga yang telah meloby senior kosku yang sebenarnya ngincer kamarku itu dulu. Tapi karena abangku lebih senior akhirnya akulah yang dapat.

Aku juga g’ susah-susah harus ngejalani tes calon penghuni H@X Community (sebutan keren untuk kosku tersayang yang sebenarnya berasal dari alamat kosku H. 10). Tanpa harus menjalani tes fisik yang keras (push up dan segala macamnya itu, terkadang bogem mentah juga menjadi sarapan tiap pagi) akhirnya aku bisa masuk dengan santai. Kalau orang yang tidak punya link ke dalam, jangan harap bisa lolos dari tes masuk ini. Keren g’…?

Tapi sayangnya sekali, pada saat aku nulis tulisan ini aku pengen banget berbohong jadinya aku masukin tuh kata-kata yang sedikit serem (ihhh takut…, serem po…?) padahal itu semua g’ benar (* mode bohong ON). Kosku tidak pernah terinveksi dengan virus HIV tersebut. Eh salah virus KEKERASAN maksudnya (kalau yang ini aku g’ bohong, yakinlah sumpah).

Cukup sekian cerita tentang kosku secara umum, sekarang kita kembali ke pokok bahasan awal yaitu pindah kamar. Sebenarnya aku uda mau pindah kamar dari tahun lalu karena seiring bertambahnya waktu dan usia (emang pengaruh po?) aku jadi pengen pindah ke kamar yang lebih besar. Sempat aku mau pindah ke kamar yang kamar mandinya di dalam juga dan masih di lantai satu, tapi pas ditawarin ma anak bapak kos (anaknya cewek lho… tapi sayang uda punya suami) untuk pindah kamar entah kenapa aku malah jadi males untuk pindah. Untuk “sementahun” aku putuskan untuk tidak pindah kamar.

Klimaksnya (udah diubun-ubun nih)terjadi ketika aku uda merasa kamarku itu uda penuh dengan barang-barang. Akhirnya aku putusin untuk pindah, cari-cari kamar kosong, setelah aku telusuri kos-kosanku selama 2x24jam (tapi g’ pake lapor ma ketua RT) akhinya aku nemuin kamar yang mau di tinggalin ma mantan penghuninya.

Tapi aku sempat bingung, ngapain aku nyari kamar kosong di kosku nyampe 2 hari, padahal di kosku Cuma ada 15 kamar yang terdiri dari 2 lantai. Tinggal nongol di luar pintu kamar aja pasti kelihatan mana kamar ang kosong. Aku jadi bingung nih. Apa aku yang salah ngitung y…? maklum lah, aku kan kuliah di fakultas hukum jadinya masalah itung-itungan aku emang g’ jago-jago amat (emang ayam mas…).

Singkat cerita akhirnya aku dapat kamar yang pas tapi dengan konsekuensi tidak ada kamar mandi di dalam. Yang perlu diperhatikan adalah yang pasti aku harus ingat bahwa 1 kamar mandi untuk 8 orang, jadi g’ bs berlama-lama lagi pas waktu mandi. Kalau tetep nekat mandi lama konsekuensi yang akan dihadapi adalah makian dan cacian yang akan datang secara bertubi-tubi dari beberapa orang penghuni H. 10 yang sedang ngantri juga untk mendapatkan se-bak air bersih.

Proses evakuasi barang-barang tidak membutuhkan waktu yang lama. Temen-temen kos juga ikut membantu. Cukup sediain es nutrisari made in burjo sebelah plus rokok djarum super maka semua pekerjaan akan berjalan sesuai keinginan kita (Indonesia banget deh… yang penting ada asap…).

Aku senang banget dapat kamar ini karena selain kamarnya yang luas, aku juga g’ perlu repot-repot ngecat lagi dindingnya karena catnya uda lumayan bagus. Lumayan bagus sih dari pada jelek banget (aku menghargai tetesan keringatmu wahai bang Charly). Untuk cat kamar terdiri dari 4 warna yang sebenarnya berasal dari 1 warna. Hijau tua banget, hijau agak tua, hijau muda dan hijau muda banget (bingung g’ kalian…?).

Sebelumnya kamar ini dihuni oleh seorang pria dari Pontianak. Charly namanya, pria yang selama di Yogya mendambakan bisa berpacaran dengan seorang wanita tetangga kosku. Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, karena perjuangannya yang kurang memadai akhirnya mimpi untuk mendapatkan Dewi (nama sebenarnya) tidak kesampaian. Untuk bisa melihat dalam radius 3 meter aja udah beruntung. Karena kalau sampai terlalu dekat maka alarmnya akan menyala dan maka siap-siaplah berhadapan dengan sniper peliharaannya hehehe… piss bang…

Tapi g’ apa-apa, cerita tentang bang Charly tetap berakhir dengan bahagia karena dia berhasil menangkap wanita yang dia dapatkan dengan cara menebar jala cintanya (cie…cie…cie… sok romantis). Wanita yang beruntung adalah… wanita kelahiran Pontianak juga. Hah…? What…? Masa’ jauh-jauh ke Yogya dapatnya tetangga rumah juga bang…? Setelah 5 tahun akhirnya bang Charly lulus juga dan memutuskan untuk pulang ke Pontianak.

Pria yang kedua yang menempati kamar ini sebelum aku adalah Bang Topik atau Bang Upik. Ini orang juga asli Pontianak. Sebenarnya dia make dua kamar di kos ini karena dia udah nikah makanya dia ngontrak dua kamar. Pasangan yang berbahagia ini tidak begitu lama ngontrak kamar ini. Akhirnya setelah bang Topik mutusin untuk hanya make satu kamar, maka kamar ini akhirnya ada dalam genggamanku. Hwahwahwahaw…… merdeka !!!. Dan akhirnya trah Pontianak di kamar ini berhasil aku putus. Berganti kepada aku asli keturunan Arudam (Madura, red).

Selengkapnya......